Halo Rek! Ekosistem Kreatif Jombang melalui Museum Brantas Jombang menyelenggarakan kegiatan Rea-Reo Museum Brantas Jombang yang mengusung tagline Yo Mlaku-Mlaku, Yo Sinau. Acara ini adalah kegiatan studi tiru pengelolaan museum yang dilakukan dengan kunjungan ke Museum Potehi Gudo di Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang dan Pusat Informasi Majapahit yang ada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Acara ini diadakan pada Minggu, 5 Januari 2025 dan diikuti oleh sekitar 7 orang tim Pengelola Museum Brantas Jombang.

Museum Brantas Jombang adalah museum yang berbasis masyarakat sehingga pengelolaannya juga perlu terus ditingkatkan dari berbagai segi. Terlebih museum ini baru berdiri pada September 2024 yang lalu. Kunjungan pertama dilakukan di Museum Potehi Gudo. Potehi adalah boneka tangan, yang kemudian disebut wayang dan berasal dari daerah selatan dataran Tiongkok. Budaya potehi dibawa ke Indonesia seiring dengan migrasi penduduk dari dataran tersebut. Di Jombang, keberadaan wayang potehi tidak lepas dari keberadan kompleks klentheng Gudo atau juga bernama Hong San Kiong. Museum Potehi Gudo sendiri berada di sisi timur dari klentheng ini. Museum Potehi Gudo adalah museum yang dimiliki oleh pribadi dan dikelola oleh pendirinya yakni Bapak Toni Harsono.
Di Museum Potehi Gudo ini bisa ditemui berbagai wayang potehi aneka bentuk dan rupa. Selain itu, museum juga menjadi tempat workshop atau tempat pembuatan wayang potehi. Pak Toni dan timnya juga aktif menggelar pentas wayang potehi dari satu daerah ke daerah lainnya. Termasuk aktif mencari bibit-bibit dari lingkungan sekitar yang tertarik pada wayang potehi, entah sebagai dalang, pengrajin, atau pemain musik pengiring pertunjukan wayang. Yang menarik, hampir semua pegiat wayang potehi ini adalah orang-orang Jawa. Dengan demikian, wayang ini menjadi simbol perekat toleransi antar suku.

“Keberadaan museum sekaligus tempat workshop ini menarik sekali dan bisa ditiru oleh Museum Brantas Jombang. Di Ngogri ada Wayang Brantas yang bisa menjadi daya tarik dari museum ini jika di salah satu sisi museum juga dijadikan tempat workshop.” ujar Lahir Jaka, koordinator acara Rea Reo Museum Brantas Jombang.
Beralih ke Pusat Informasi Majapahit yang ada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Trowulan dikenal dan diduga sebagai pusat Kerajaan Majapahit. Di daerah ini banyak ditemukan peninggalan mulai dari candi dan berbagai situs lainnya. Kunjungan kami ke Trowulan dipandu oleh pegiat sejarah dan wisata Trowulan, mereka memandu kami menjelajahi area Pusat Informasi Majapahit atau sering juga dikenal dengan Museum Trowulan. Kami dijelaskan banyak hal termasuk sistem irigasi zaman Majapahit, sumur jobong, rumah tradisional Majapahit, aneka seni budaya yang berkembang di zaman kerajaan itu dan masih banyak lagi.
Selepas mengelilingi Museum Trowulan, kami diajak keliling beberapa situs di Trowulan dengan menggunakan shuttle car berjuluk Satrya Antawulan. Beberapa lokasi yang kami kunjungi adalah Situs Saluran Air Nglinguk I, Situs Sumur Kuno II, dan Candi Tikus. Kami mengucapkan terima kasih kepada konco-konco pegiat sejarah dan budaya Trowulan yang sudah menemani perjalanan kami di Trowulan.

“Penjelasan dari teman-teman pegiat sejarah dan budaya Trowulan sangat menarik. Ini bisa menjadi referensi teknis bagi Museum Brantas Jombang dalam melakukan kepemanduan kepada para pengunjung museum di daerah kami.” kata Nadia Rahmawati, salah satu peserta acara.
Kami berharap dengan adanya Rea Reo Museum Brantas Jombang ini bisa meningkatkan semangat para personnel tim Pengelola Museum Brantas Jombang sekaligus untuk meningkatkan kualitas pengelolaan museum di kemudian hari. Sampai jumpa di acara Rea Reo Museum Brantas Jombang berikutnya!